Friday, October 29, 2010

Hidayatullah: Alihkan Juru Kunci ke Teknologi

Thursday, 28 October 2010 19:46 Nasional 

Juru kunci tradisional dan konvensional membaca tanda-tanda alam lebih ke arah mitos, syirik, dan tahayul

Hidayatullah.com--Pimpinan Pusat (PP) Hidayatullah berharap kepada Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X untuk tidak menunjuk pengganti Mbah Maridjan atau Ki Surakso Hargo menjadi juru kunci Gunung Merapi Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. 

Seruan tersebut disampaikan Wakil Ketua PP Hidayatullah Drs Hamim Thohari, MSi, menyikapi maraknya berita tentang Mbah Maridjan di berbagai media yang justru mengalahkan musibahnya sendiri .

Semenjak musibah gunung Merapi terjadi, Juru Kunci Gunung Merapi ini nama yang paling banyak diberitakan media. Mulai media harian, TV, radio sampai media online. Tak terkecuali jejaring sosial Facebook dan Twitter.

"Cukup teknologi dan para ahli yang menjadi juru kunci, ketimbang menunjuk juru kunci tradisional dan konvensional yang membaca tanda alam lebih ke arah mitos, syirik, dan tahayul," kata Hamim kepada Hidayatullah.com, Kamis (28/10).

Hamim menjelaskan, di era 1970 dan tahun 80-an, teknologi untuk mendeteksi bencana semisal tsunami, gunung meletus, atau gempa bumi, baru sedikit, bahkan bisa dikata belum ada di Indonesia. Sebab itu, di era tersebut orang masih mengandalkan tanda-tanda alam.

"Dalam hal ini, ada orang yang mempunyai kepekaan khusus dalam membaca tanda-tanda alam. Orang yang seperti inilah yang ditunjuk menjadi juru kunci," paparnya.

Juru kunci ini kemudian, lanjut Hamim, ditunjuk untuk memberi peringatan dini kepada masyarakat, setelah membaca tanda-tanda alam yang dianggap membahayakan. Dalam konteks ini, kata Hamim, Mbah Maridjan ditunjuk sebagai juru kunci untuk menyelamatkan warga dari bahaya Merapi. 

Hamim menandaskan, seiring perkembangan zaman ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah bisa mendeteksi lebih akurat terhadap gejala alam dan tanda-tanda bahaya, baik bencana di laut, gunung atau udara, maka cukuplah teknologi dan para ahli yang menjadi juru kunci.

"Agar masyarakat lebih logis dan tidak mudah percaya dengan juru kunci yang dalam membaca tanda alam lebih kepada hal-hal yang berbau mitos dan syirik," tandasnya. [ain/www.hidayatullah.com]

Ulasan: Biar kita tidak syirik walaupun mati. 

No comments: